Follow me on twitter!

Friday 29 November 2013

Pemimpin Populis atau Jongos Pragmatis?


----------Sponsored Link----------


john c maxwell jokowi-ahok 5 level of leadership. position, permission, production, people development, personhood.
5 Tingkatan versi John C. Maxwell
Jelang pemilu 2014, makin banyak bakal calon presiden (belum capres resmi) dari partai-partai politik muncul di TV. Apalagi setelah Jokowi-Ahok sukses memenangkan pilgub DKI Jakarta dengan gaya populisnya, 'mblusukan'. Gaya itulah yang kemudian ditiru bakal calon presiden lainnya. Gak buruk sih, cuma kalau semua orang berlama-lama dengan gaya yang sama jadi muak aja....


John C. Maxwell, salah satu penulis populer tentang kepemimpinan yang menggolongkan pemimpin berdasarkan 5 tingkatan, mulai dari yang terendah:
  1. Position, orang lain mengikuti karena keharusan.
  2. Permission, orang lain mengikuti karena mereka ingin.
  3. Production, orang lain mengikuti karena apa yang telah kita lakukan untuk organisasi.
  4. People Development, orang lain mengikuti karena apa yang telah kita lakukan untuk mereka.
  5. Personhood , orang lain mengikuti karena jati diri kita dan apa yang kita miliki.


Nah, dari 5 tingkatan yang dibuat Maxwell di atas, kelihatan kalau tokoh-tokoh yang sok-sok populis ini sedang ingin mencapai tingkat 2. Sekali lagi, memang gak buruk, tapi apa 'pemimpin' cuma harus 'mengikuti' apa kemauan dan kehendak anggotanya saja? Bagaimana dengan tujuan organisasi? Apa keinginan mereka itu sesuatu yang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat? Lantas, apa bedanya antara 'pemimpin' dengan kepala 'pengikut' dari pengikut-pengikut lain?

Kadang ada saatnya pemimpin perlu membuat terobosan yang non-populis, seperti misalnya mengurangi subsidi BBM. Kebijakan demikian pasti ditentang oleh mayoritas rakyat, tapi kebijakan paradoks ini merupakan langkah penyehatan anggaran organisasi (dalam hal ini negara).

Kebijakan non-populis kadang harus dilakukan seorang pemimpin untuk tujuan dan kemanfaatan yang lebih utama dan luas. Sebagaimana tingkatan kepemimpinan tingkat 4 dan 5 menurut Maxwell di atas. Misalnya, jika kita cabut subsidi BBM dan mengalihkannya ke sektor pendidikan, bukankah itu investasi yang lebih bernilai daripada mensubsidi barang habis pakai? Kemudian yang merasakan manfaatnya rakyat itu sendiri bukan?

Dengan begitu, memang diperlukan keberanian oleh seorang pemimpin dalam menentukan arah dan tujuan organisasi. Saat pemimpin terlalu lama berada di tingkat 2, hanya akan sekedar menjadi tokoh populis yang disenangi anggota. Pemimpin yang seperti ini tidak akan dihormati karena idealismenya, visinya, atau bahkan jati dirinya. Maka bersiaplah pemimpin yang seperti ini untuk menjadi Jongos Pragmatis yang diombang-ambing massa, tanpa keberanian menentukan prinsip.

keyword: Jokowi, Risiko Pemimpin Populis, Dicibir dan Digugat, jokowi-ahok, jokohok, 5 level kepemimpinan john c. maxwell,

0 comments:

Post a Comment

Artikel Terbaru

Followers