Follow me on twitter!

Monday 28 May 2012

Cinta Sesaat, Israel-Sudan Selatan


----------Sponsored Link----------



Foto 1: James Lago, seorang PKL di Juba, Sudan Selatan, dengan bendera
Israel. (Armin Rosen)
Hubungan Israel dengan Sudan Selatan sebenarnya sudah terjalin jauh sebelum Sudan Selatan berdiri sebagai negara merdeka di pertengahan tahun 2011. Di masa yang sekarang ini sangat mudah untuk menemukan bendera bintang Daud yang berbintang dan bergaris biru, berkibar di sekitar jalan-jalan di Sudan Selatan.

Banyak rakyat Sudan Selatan yang tidak hanya sekedar pro-Israel tapi bangga dan begitu terbuka. Di sana ada daerah Juba yang disebut Yerusalem. Sebuah hotel dekat bandar udara ada yang disebut Shalom.

Bahkan seorang PKL di Sudan Selatan James Lago (foto di atas–Red) sampai mengatakan, "Saya cinta Israel. Mereka adalah manusia (pilihan-Red) Tuhan", demikian katanya, seolah tidak peduli soal nasib saudaranya di Tel Aviv, (Arizona Jewish Post).

Ironis cintanya James Lago selama ini bagai bertepuk sebelah tangan. Belakang ini terjadi aksi demonstrasi besar-besaran di Tel Aviv, menuntut 'Pengusiran Imigran Gelap" yang merupakan pencari suaka dari Sudan Selatan, setelah Menteri Kehakiman Rezim Zionis Yaakov Neeman menyebutnya sebagai sebuah "Wabah Nasional", (Haaretz).


Foto 2: Demonstrasi menentang imigran gelap di selatan Tel Aviv, 23 Mei 2012. Foto oleh Moti Milrod 


Siang dan malam, cerah atau hujan sekalipun, para "Wabah Nasional" ini (pencari suaka-Red) mudah ditemukan menghiasi halaman rumput Levinsky Park di area kumuh selatan Tel Aviv, dimana ratusan orang Israel melakukan kerusuhan untuk memprotes mereka.


"Kami dihajar dan ditangkap karena stigma kolektif yang ditujukan kepada kami oleh media dan pemerintah (Israel)", kata Simon Mayer ayah 4 orang anak dari Sudan Selatan.

Foto 3: Gelandangan imigran gelap di Levinsky Park, selatan Tel Aviv
Ia merujuk pada meningkatnya jumlah pernyataan yang menghasut oleh politkus Israel dan liputan negatif pers, khususnya setelah penangkapan sejumlah warga Afrika yang berhubungan dengan kasus kejahatan seksual belakangan ini, (AsiaOne).

Sekedar informasi, menurut James Mulla, direktur -Voice for Sudan-, berkedudukan di AS yang berbasis pada kepentingan rakyat Sudan (Utara dan Selatan-Red) menyatakan bahwa Israel yang terbukti memberi kontribusi sangat penting pada kesukseskan grup separatis -Anyanya- selama masa perang saudara Sudan yang pertama, dan berakhir pada 1972.

"Hanya Israel negara yang membantu pemberontak di Sudan Selatan. Mereka menyediakan penasehat-penasehat kepada Anyanya, yang menjadi satu alasan kenapa pemerintah Sudan menginginkan untuk menandatangi perjanjian damai. Mereka ingin menyelesaikan pergerakan Anyanya hanya sesaat sebelum mereka mendapat pelatihan dan anjuran." ungkap Mulla kepada Jewish Telegraphic Agency (JTA).

Selama bertahun-tahun, telah dilaporkan agen-agen Israel melanjutkan bantuan untuk pemberontak Sudan Selatan selama perang saudara Sudan kedua, dimana telah berlangsung sejak 1983 hingga 2005 dan menghasilkan setidaknya 1,5 juta hingga 2,5 juta kematian.


Sumber: JTA, AFP, Hareetz

0 comments:

Post a Comment

Artikel Terbaru

Followers